Kontra Narasi Propaganda Zionis Israel
Oleh : Muhammad Syafii Kudo*
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”(QS. Hujurat (49) : 6)
Ayat Al Qur’an di atas tentu sangat populer di telinga seluruh umat Islam karena sering dikutip baik di atas mimbar, pengajian, maupun berbagai tulisan. Sebuah ayat peringatan dari Allah agar setiap orang beriman lebih mawas diri, tidak grusa-grusu dalam menelaah sebuah informasi yang datang agar berikutnya tidak salah dalam memutuskan sebuah tindakan. Karena salah dalam menyikapi sesuatu adalah sebuah awal dari kesalahan-kesalahan berikutnya.
Penulis sengaja mengutip ayat sakral tersebut sebagai alarm pengingat bersama, dalam menyikapi konflik yang sedang terjadi di Gaza Palestina. Sebab kini semakin merebak kabar tidak karuan di berbagai media mengenai konflik yang telah menewaskan ribuan nyawa itu.
The First Casuality of War is Truth, ’korban pertama peperangan adalah kebenaran’. Demikian ungkapan yang sering dikatakan para aktivis media yang biasa meliput peperangan. Kebenaran informasi penting untuk disebarkan ke masyarakat dunia agar tidak terjadi salah penyikapan dalam melihat dinamika konflik di Palestina hari ini. Karena jika salah dalam bersikap maka fatal akibatnya. Seperti yang terjadi di Plainfield, Ilinois, Amerika Serikat, dimana seorang bocah keturunan Palestina berusia 6 tahun dan ibunya yang berusia 32 tahun ditikam oleh pria tua berusia 71 tahun bernama Joseph Czuba. Bocah bernama Wadea Al-Fayoume itu akhirnya dinyatakan meninggal di rumah sakit setelah ditusuk 26 kali dengan pisau besar bergaya militer, demikian menurut laporan autopsi pada hari Minggu, 15 Oktober 2023 waktu setempat. Konon sebelum melakukan aksi keji itu, Josep Czuba berteriak ‘Kalian Muslim harus mati.’
Detektif setempat dapat menentukan bahwa kedua korban dalam serangan brutal ini menjadi sasaran pembunuhan dari tersangka karena mereka beragama Islam dan konflik Timur Tengah yang sedang berlangsung yang melibatkan Hamas dan Israel,” kata Kantor Sheriff Will County dalam sebuah pernyataan, mengutip Daily Mail, Senin, 16 Oktober 2023.
Kemudian ada kasus dimana seorang wanita Prancis ditangkap oleh polisi di Ibu Kota Paris karena mengucapkan "Assalamualaikum”. Ia ditangkap karena ada laporan dari tetangganya yang mendengar wanita itu mengucapkan "Assalamualaikum" kepada beberapa pekerja di gedung apartemen mereka. Lagi-lagi kasus itu didasari oleh sentimen Islamphobia akibat konflik yang sedang terjadi di Palestina. (Middle East Monitor, Ahad (15/10/2023).
Dua kasus itu adalah contoh kecil kasus makin meningkatnya kebencian masyarakat Barat kepada sesuatu yang berbau Islam dan Timur Tengah akibat perang Palestina dan Zionis. Hal ini akibat keberhasilan framing jahat media-media mainstream Barat yang selama ini dikenal pro Israel. Dalam gambaran media pro Israel diberitakan bahwa pejuang Hamas menyerang warga sipil dengan menembaki mereka saat nonton konser musik, lalu menyekap dan menculik sebagian dari warga sipil dan diperlakukan tidak baik.
Kebencian warga Barat kian memuncak setelah hoaks yang disebarkan oleh pihak Zionis melalui Perdana Menteri Benyamin Netanyahu dan diucapkan ulang oleh Presiden Amerika Serikat Joe Biden bahwa Hamas memenggal kepala balita-balita di Kfar Aza. Setelah hoaks ini tidak terbukti, akhirnya, seorang pejabat pemerintahan AS memberikan klarifikasi mengenai pernyataan Biden itu. Yakni dengan mengatakan kepada CNN bahwa baik Biden maupun para pembantunya tidak pernah melihat foto-foto atau menerima laporan yang telah dikonfirmasi mengenai anak-anak atau bayi yang dipenggal oleh Hamas. (Hoaks Bayi Tanpa Kepala )
Framing jahat dan hoaks demi kepentingan Zionis itu tentu sangat merugikan perjuangan umat Islam dan sangat membahayakan keamanan umat Islam yang kebetulan menjadi minoritas di beberapa negara Barat. Sebab dengan adanya berita-berita palsu itu Islamphobia kian meningkat di sana.
Nicholas Mele -Mantan Direktur USIS di Surabaya- pernah menceritakan bahwa citra Islam di AS selalu negatif karena masyarakat negeri paman Sam tidak melihat Islam dari proporsi yang sebenarnya. Mele justru sebaliknya, ia justru beruntung karena punya guru besar warga Palestina (Mr. Saeed) ketika masih kuliah di negerinya dulu yang dari dialah Mele dapat memahami Islam secara proporsional. Demikian pernyataannya dalam sebuah wawancara dengan Prof. Muhammad Baharun di Surabaya pada tahun 1982. (Muhammad Baharun, Isu Zionisme Internasional, Pustaka Pelajar Jogjakarta, cetakan 1 Juni tahun 1997, hal. 39)
Dan kesusastraan serta jurnalisme inilah yang merupakan dua dari kekuatan pendidik yang diandalkan oleh Protokol (Zionis). (Ibid. Hal.7). Inilah yang membuat umat Islam harus melek informasi dan literasi serta tidak boleh kudet dari perkembangan dunia informasi di sosial media sebab selama ini yang mampu mengimbangi bahkan kerap membongkar kebohongan framing jahat berita di media-media mainstream dunia adalah sosial media. Karena kini kekuatan Citizen Jurnalisme adalah sebuah alternatif pilihan berita yang menjadi rujukan masyarakat dunia.
Siapa yang menguasai informasi maka akan menguasai dunia. Demikian pernyataan futurolog tersohor abad ke-20 Alvin Toffler dalam bukunya The Third Wave (1980). Dan hal ini sepenuhnya dipahami oleh para kader Zionis Internasional. Sebuah laporan yang dibuat oleh peneliti dari Universitas Oxford mengungkapkan dana buzzer di Israel bisa mencapai 100 juta dollar AS, atau Rp 1,4 triliun.
Dalam laporan bertajuk The Global Disinformation Order 2019 Global Inventory of Organised Social Media Manipulation, pendengung Israel berada di level high capacity. Artinya, buzzer di sana melibatkan jumlah besar, baik dalam sisi orang yang mengatur atau anggaran yang dipersiapkan untuk menyebarkan disinformasi. Mereka menggunakan berbagai lembaga dalam memberikan informasi penangkal. Baik itu melalui lembaga pemerintah maupun swasta. Strategi yang mereka pakai menurut laporan Global Disinformation Order adalah memberikan konten yang bersifat mendukung pemerintah setempat, dan membuat oposisi terbelah. (Dana Buzzer Israel)
Eli Cohen, menteri luar negeri Israel, pada akun X (Twitter) baru-baru ini mengatakan bahwa Kementerian Luar Negeri Israel telah merekrut jaringan influencer terkemuka untuk kepentingan advokasi Israel di dunia. Para buzzer itu bertugas untuk mengunggah dan mengomentari bahwa serangan Zionis Israel ke Gaza sebagai serangan untuk memberantas teroris. Hal ini ditujukan sebagai upaya pembentukan opini publik agar dunia menganggap Hamas sebagai teroris dan Israel sebagai korban serangan terorisme (Playing Victim).
Apakah di Indonesia ada buzzer Zionis? Jelas ada, mengingat posisi Indonesia sebagai negara mayoritas Islam terbesar dan konsistensi dukungan rakyatnya terhadap Palestina yang tidak pernah berkurang, tentu membuat pihak Zionis berkepentingan menaruh pion dan jubirnya di Indonesia. Ulil Abshar Abdalla, tokoh muda NU dan mantan pentolan JIL beberapa tahun yang lalu sudah membongkar keberadaan para buzzer Zionis Israel di Indonesia. Ia mengungkapkan sudah banyak simpatisan Zionis Israel di Indonesia akibat propaganda besar-besaran yang dilancarkan oleh para buzzer.
“Suara kita di medsos amat penting. Melawan propaganda Israel dan simpatisannya di Indonesia (dan seluruh dunia), sama pentingnya dengan perjuangan di lapangan,” tulis Gus Ulil di media sosial Twitter, dilihat pada Sabtu (15/5/2021).
Setelah digegerkan dengan berdirinya Indonesia Israel Public Affairs Committee (IIPAC) di Jember pada tahun 2002 silam dengan tokoh utamanya yang bernama Benjamin Ketang, kini publik Indonesia semakin tidak asing dengan nama Monique Rijkers. Propagandis Israel garda depan di Indonesia ini kerap tampil di layar kaca ketika ada isu Palestina – Israel. Perdebatannya yang panas dengan Haikal Hasan (Babe Haikal) mengenai konflik Palestina-Israel di salah satu TV nasional bahkan sempat viral karena ternyata berlanjut di belakang studio saat bubaran acara TV tersebut.
Wanita kelahiran Makassar itu adalah seorang aktivis pro Israel dan Yahudi asal Indonesia yang berdarah Yahudi dan pendiri organisasi nirlaba Hadassah of Indonesia, sebuah yayasan yang mengedukasi tentang keberagaman khususnya terkait Yahudi dan Israel. Ia pernah bertemu dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada Oktober 2017 dalam acara Christian Media Summit. Dan saat ini ia menjadi salah satu pengurus dari kanal Youtube FaktaIsrael. Sebuah kanal YouTube yang mempropagandakan kehebatan dan kebaikan bangsa Israel. Maka mengetahui siapa saja propagandis dan buzzer Zionis adalah sesuatu yang penting untuk dilakukan hari ini agar umat tidak termakan propaganda “manis” mereka.
Bagaimana Bersikap
Dengan mengetahui berbagai propaganda jahat Zionis Israel baik melalui media mainstream maupun lewat para buzzer dan antek-antek mereka, kini umat Islam harus mampu menyatukan barisan untuk membuat sebuah kontra narasi terutama di berbagai platform media sosial. Sebab kini yang paling efektif dan efisien adalah media sosial karena mampu diakses oleh siapa pun dan dimana pun. Umat Islam tidak boleh diam sebab kebatilan yang didiamkan dan apalagi kebatilan itu dipropagandakan secara terus-menerus maka kelak kebatilan itu akan dianggap sebagai sebuah kebenaran.
Dan setelah memahami strategi dan propaganda Zionis Israel, umat Islam tidak boleh abai dan lalai dengan urusan umat Islam yang lain terutama di Palestina. Sebab apatisme mereka inilah yang memang selama ini jadi rahasia langgengnya kolonialisasi Zionis atas tanah suci Al Aqsa dan Palestina umumnya. Padahal di dalam Al Qur’an Allah sudah mengingatkan,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al Hujurat [49]: 10).
Dan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam juga bersabda,
''Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Dan bagi yang apatis terhadap keadaan umat Islam yang lain maka Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam sudah mengancam mereka dalam sabdanya,
“Barangsiapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barangsiapa yang tidak takut kepada Allah maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan golongan mereka” (HR. Al-Hakim dan Baihaqi).
Kita semua tahu bahwa semua umat Islam tidak terkecuali di Indonesia memiliki masalahnya masing-masing mulai dari persekusi Muslim di India, ancaman bagi Muslim di berbagai negara Barat, sulitnya ekonomi dan aturan penguasa yang kadang merugikan umat Islam dan sebagainya, namun semuanya itu hendaklah tidak melalaikan kita dari urusan agama kita. Karena tidaklah tujuan kita diciptakan di dunia ini melainkan untuk beribadah pada Allah semata. Dan salah satu bentuk ibadah adalah saling tolong menolong dalam kebaikan antar sesama umat Islam.
Memang benar kita tidak bisa berangkat ke sana, namun sumbangan pikiran, dukungan, dan dana serta doa kita lah yang bisa menguatkan saudara kita di Gaza. Sebab doa adalah senjata kaum beriman, demikian kata Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam. Dan juga ada hadis yang berbunyi,
“Jika seorang Muslim mendoakan saudaranya dari kejauhan, maka malaikat akan mengucapkan: ‘Amin, dan bagimu sepertinya,” (HR. Muslim).
Wal hasil mari melek informasi, suarakan pembelaan kepada saudara kita di Palestina, lakukan kontra narasi di berbagai media sosial yang kita miliki agar masyarakat dunia paham kondisi nyata di Palestina dan tidak termakan hoaks Zionis serta yang terpenting jangan lupa doakan saudara kita di sana dalam setiap sujud kita. Kiranya Allah lah satu-satunya penolong kaum beriman. Wallahu A’lam bis Showab.
*Pemerhati Sosial Media
Dimuat Di :
https://hidayatullah.com/artikel/2023/10/20/260133/kontra-narasi-propaganda-zionis-israel.html