Renungan (Ringan) Ramadhan

 Renungan (Ringan) Ramadhan

Oleh : Muhammad Syafii Kudo*

Ramadhan telah menuju pertengahan. Tiada kalimat yang patut diucap melainkan rasa syukur kepada Allah sebab tidak semua orang diberi kesempatan untuk bisa kembali menikmati bulan obral pahala ini. Bulan dimana orang beriman dimanjakan dengan berbagai limpahan anugerah dengan dibukanya pintu surga lebar-lebar, gerbang neraka ditutup, dan setan dibelenggu (HR. Ahmad). Bulan dimana Al Qur’an diturunkan dan di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan (Lailatul Qodar). Bulan yang mana permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirannya adalah pembebasan dari api neraka.

Dalam menghadapi bulan mulia ini, kaum Muslimin tentu berbeda-beda dalam menyikapinya. Ada yang sangat berbahagia dengan berlandaskan iman. Ada yang bahagia karena faktor ekonomi kapitalis semata sebab jualan mereka yang berupa baju lebaran,  jajanan hari raya atau parcel dsj akan laris manis. Ada yang bahagia karena alasan politis sebab bisa dijadikan momentum demi kepentingan mendulang suara dll. Semua itu bergantung kepada kadar keimanan si penyambut Ramadhan. 

Jika melihat para Salaf Soleh tentu kadar penyambutan kita terhadap Ramadhan tidak layak dijadikan sebagai pembanding. Berkata Mualla bin Fadl,

وقال المعلى بن الفضل: كان السلف يدعون الله تعالى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان، ثم يدعونه ستة أشهر أن يتقبله منهم

“Para Salaf dahulu berdoa kepada Allah selama enam bulan agar disampaikan (usianya) kepada bulan Ramadhan kemudian mereka berdoa selama enam bulan berikutnya agar ibadah mereka selama di Bulan Ramadhan tersebut diterima.” (Al Madrasah Ramadhaniyah Wal Mawaid Al Imaniyah hal 26, Abubakar bin Ahmad bin Abdullah Al Haddar, 2014)

Lihat betapa kuatnya kerinduan mereka kepada bulan Ramadhan hingga melakukan “ritual” ikhtiar berdoa selama enam bulan sebelum Ramadan datang agar mereka diberi kesempatan oleh Allah untuk bisa mencicipi bulan Ramadhan. Dan tidak sampai di situ, setelah Ramadhan berlalu mereka juga masih berdoa selama enam bulan berikutnya agar ibadah-ibadah selama bulan  Ramadhan yang telah dikerjakan bisa diterima oleh Allah. Bagaimana dengan kita, jangankan berdoa, menyambut kedatangan Ramadhan saja kita biasa-biasa saja. Bahkan mirisnya di negeri kita saat ini yang menjadi ciri khas utama mulai dekatnya Ramadhan adalah iklan sirup dan sarung. Seakan-akan merekalah yang paling siap menyambut Ramadhan.

Sedangkan para Salaf Soleh ketika memasuki bulan Ramadhan mereka berkata,

أهلاً بالمطهر، لأنه يطهر من الذنوب

Itulah ucapan para Salaf sholeh ketika memasuki bulan Ramadhan. Sebuah kalimat sambutan penuh kegembiraan karena telah datang bulan Ramadhan (Al Muthohhir) yang dengannya dosa-dosa dibersihkan (disucikan). (Ibid. Hal 27).

Bisa jadi kurang semangatnya kaum Muslimin menyambut Ramadhan karena kekurang-pahaman mereka mengenai kemuliaan Ramadhan dan ibadah puasa yang ada di dalamnya. Di dalam Shahih Bukhari dan Muslim diriwayatkan sebuah hadis dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang tertulis,

ثبت في الصحيحين » عن أبي هريرة رضي الله عنه، عن النبي صلى الله  عليه و سلم قال : « كل عمل ابن آدم له الحسنة بعشر أمثالها إلى سبعمئة ضعف ». قال الله عز وجل في الحديث القدسي : « إلا الصيام فإنه لي وأنا أجزي به، إنه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي للصائم فرحتان : فرحة عند فطره، وفرحة عند لقاء ربه، ولخلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك ». وفي رواية : كل عمل ابن آدم له إلا الصيام فإنه وفي رواية للبخاري : « لكل عمل كفارة والصوم لي وأنا أجزي به ».

Disebutkan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam berkata, “Setiap amal anak Adam (manusia) baginya, sebuah kebaikan akan dibalas sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman di dalam Hadis Qudsi, “Kecuali puasa karena sesungguhnya puasa itu (hanya) untuk Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, sesungguhnya orang yang berpuasa itu meninggalkan syahwatnya, makanan dan minumannya untuk Ku. Dan bagi orang yang berpuasa itu ada dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan saat berbuka puasa dan kebahagiaan ketika bertemu Allah kelak. Dan sungguh bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah itu lebih wangi daripada bau minyak misik. (HR. Bukhari dan Muslim).

Kemudian dijelaskan pula mengenai keistimewaan puasa di dalam hadis yang lain yang berbunyi,

وأخرج ابن حبان عن ابن عمر رضي الله عنهما، أن النبي ﷺ قال: « الأعمال عند الله سبعة :عملان موجبان، وعملان بأمثالهما,، وعمل بعشر أمثاله، وعمل بسبعمائة، وعمل لا يعلم ثوابه إلا الله تعالى. فأما الموجبان فمن لقي الله يعبده مخلصا لا يشرك به شيئا وجبت له الجنة، ومن لقي الله قد أشرك به وجبت له النار، ومن عمل سيئة جوزي بمثلها، ومن هم بحسنة يُجزى بمثلها. ومن عمل حسنة جُزي عشرا، ومن أنفق ماله في سبيل الله ضَعَّفَ الله له نفقة الدرهم بسبعمائة درهم والدينار بسبعمائة دينار، والصيام الله تعالى لا يعلم ثواب عامله إلا الله الحكيم

Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban Radiyallahu Anhu dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma bahwasanya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda: Amal di sisi Allah itu ada tujuh (bagian). Dua amalan yang diwajibkan, dua amalan yang dibalas yang semisal (kadar) amalan itu, satu amalan yang dibalas dengan sepuluh kali lipat dari amalan tersebut, satu amalan yang dibalas tujuh ratus kali lipat dari amalan tersebut, dan satu amalan yang tidak ada yang tahu pahalanya kecuali hanya Allah semata. Adapun dua amalan yang diwajibkan adalah barangsiapa yang beribadah kepada Allah dengan ikhlas tanpa menyekutukan Nya dengan apapun maka surga adalah balasannya; dan barangsiapa yang menyekutukan Allah maka balasannya adalah neraka. Adapun dua amalan yang diganjar setara adalah barangsiapa melakukan perbuatan jelek maka dibalas setimpal dengannya, demikian pula sesiapa yang berbuat baik maka akan dibalas setimpal dengan perbuatannya. Dan barangsiapa yang berbuat kebaikan maka akan dibalas sepuluh kali lipat. Dan barangsiapa menginfakkan hartanya (uangnya) di jalan Allah maka Allah akan melipatgandakan pahalanya sebesar tujuh ratus kali lipat.  Dan adapun berpuasa untuk Allah maka tiada yang mengetahui pahalanya kecuali Allah semata. (HR. Ibnu Hibban).

Hujjatul Islam Imam Al Ghazali di dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin bab Asrorus Shoum Wa Muhimmatihi (Bab Rahasia-Rahasia Puasa), menjelaskan bahwa puasa adalah seperempat daripada iman sesuai dengan sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam yang berbunyi, 

الصوم نصف الصبر

“Puasa adalah separuh daripada sabar.” (HR. Tirmidzi)

Dan sesuai dengan hadis berikutnya yang berbunyi,

الصبر نصف الإيمان

“Sabar adalah separuh daripada iman” (HR. Abu Nuaim)

Jadi jika diurutkan skemanya kurang lebih adalah puasa adalah separuh daripada sabar sedangkan sabar adalah separuh daripada iman, maka kesimpulannya puasa adalah seperempat daripada iman. 

Imam Ghazali juga menyebutkan sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam yang berbunyi,

ان الله يباهي ملائكته بالشاب العابد  فيقول : أيها الشاب التارك شهوته لأجلي، المبذل  شبابه لي، أنت  عندي كبعض ملائكتي

“Sesungguhnya Allah membanggakan kepada para malaikat-Nya tentang seorang pemuda yang taat beribadah, dengan mengatakan: Wahai pemuda yang meninggalkan nafsunya karena-Ku, menghabiskan masa mudanya untuk-Ku, kamu di sisi Ku bagaikan malaikat-Ku.” (Ibnu Adiy meriwayatkannya di dalam kitabnya Al Kamil, Juz 3 hal. 357)

Disebutkan pula bahwa di dalam surga ada satu pintu yang bernama Ar Royyan yang merupakan pintu khusus bagi orang-orang ahli puasa dan tidak memasukinya kecuali mereka semata. (HR. Bukhari)

Di dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman,

  وإنما يوفى الصابرون أجرهم بغير حساب 

“Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.”(QS. Az Zumar : 10)

Dan terkait dengan ayat tersebut, puasa memiliki pula penyebutan sebagai bulan kesabaran seperti dijelaskan Ibnu Rajab Al Hanbali  di dalam kitabnya yang berbunyi,

ولهذا ورد عن النبي أنه سمی شهر رمضان « شهر الصبر

“Itulah sebabnya datang (riwayat) dari Nabi bahwa Puasa dinamakan sebagai bulan kesabaran.”(Bughyatul Insan Fie Wadoif Ramadhan, Hal 13)

Dan masih banyak lagi keutamaan ibadah puasa Ramadhan yang tentunya tidak akan cukup dibahas di sini. Namun beberapa penjelasan ringkas di atas semoga bisa membuat kita semakin bersemangat dalam menjalankan ibadah-ibadah terutama puasa di bulan Ramadhan ini. 

Akhirnya selamat menjalankan ibadah di bulan Ramadan. Mari kita perbaiki dan tingkatkan kualitas ibadah kita (terutama puasa) di bulan Ramadhan ini. Sembari selalu berharap (Roja’) agar ibadah kita diterima selama Ramadhan ini, kita juga harus menyisipkan rasa takut kalau ibadah kita tidak diterima oleh Allah. Ingat penjelasan di atas tentang bagaimana para Salaf Soleh dahulu bahkan berdoa selama enam bulan pasca Ramadhan agar ibadahnya selama bulan Ramadhan tersebut diterima oleh Allah SWT. 

Sebagai penutup penulis ingin menyertakan kisah dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu yang bisa kita jadikan renungan, teladan dan kaca pembanding bagi diri kita di dalam bulan Ramadhan ini.

قيل: إن سيدنا علي بن أبي طالب رضي الله عنه وكرم وجهه لما أفطر وكان صائماً بكى ، فقيل له : ما يبكيك ؟ فقال: لا أدري هل أنا من المقبولين أو من المقربين أو من المطرودين . اهـ الفوائد الشاطرية ج ٢ ص ٢٣٤.

“Dikatakan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu ketika berbuka puasa, beliau menangis, maka dikatakan kepadanya: Apa yang membuatmu menangis? Dia berkata: Saya tidak tahu apakah saya salah satu dari mereka yang (puasanya) diterima, atau menjadi salah satu dari orang-orang-orang yang dekat kepada Allah, atau salah satu dari mereka yang diusir (dari Rahmat Allah).” (Al-Fawa’id Al-Syatiriyyah, vol.2, hal.234).

Jika sekelas Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu yang merupakan Pintu Ilmu, termasuk para pemeluk Islam paling awal (Assabiqunal Awwalun), sahabat yang dijamin masuk surga, menantu Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam, ayah dari Hasan dan Husein sang pemimpin penduduk surga, yang kedudukannya di sisi Nabi bagaikan kedudukan Harun di sisi Musa Alaihis Salam, ternyata masih bisa memiliki ketakutan seperti itu terhadap ibadahnya di bulan Ramadhan, lalu bagaimana dengan orang-orang seperti kita? Wallahu A’lam Bis Showab.

*Murid Kulliyah Dirosah Islamiyah Pandaan Pasuruan 

Dimuat Di :

https://hidayatullah.com/kajian/2023/03/31/248868/beginilah-sahabat-dan-salafus-sholeh-menyambut-ramadhan.html

BACA JUGA

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama