Kecerdasan Buatan Dan Majelis Ilmu
Oleh : Muhammad Syafii Kudo*
Dunia teknologi dan informasi sedang geger dengan kemunculan satu nama yang belakangan kian naik daun. Tidak tanggung-tanggung raksasa teknologi sekelas Google yang selama ini menghegemoni mesin pencarian pun akhirnya harus terusik dominasinya. Sebab ada nama baru yang potensial menggoyang kemapanan tahtanya.
Adalah Sam Altman yang saat ini sedang menjadi perbincangan publik sebagai pencetus dan CEO OpenAI, sebuah perusahaan riset yang memiliki tujuan mengembangkan dan mengarahkan kecerdasan buatan untuk membantu kebutuhan manusia. Satu di antara produk OpenAI, yakni chatbot AI ChatGPT, saat ini sedang viral di berbagai media sosial karena bisa dimanfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan manusia, mulai dari percakapan ringan hingga menulis artikel dan esai.(Pembuat ChatGPT)
Untuk diketahui bahwa Artificial Inteligence (AI) atau Kecerdasan Buatan adalah teknologi komputer yang mampu menirukan kecerdasan dan mampu untuk analisis tugas dan mengambil keputusan selayaknya kecerdasan manusia. Dalam AI sendiri terdapat beberapa proses seperti learning, reasoning, dan self correction. (Sobron & Lubis, 2021)
Itulah sekelumit penjabaran mengenai Kecerdasan Buatan yang kini sedang ramai diulas di jagad Maya. Penulis tidak ingin membahas terlalu jauh perkara itu, sebab bukan ahli di dalam bidang tersebut. Penulis hanya ingin mengulik sebuah frasa kata dari ramai-ramai pembahasan AI ChatGPT tersebut yakni frasa “Kecerdasan Buatan”.
Arti kata Kecerdasan Buatan secara ilmu bahasa sederhananya adalah sebuah kecerdasan yang dibuat, artinya ia tidak cerdas mulai dari asalnya melainkan kecerdasan itu disematkan pada objek tersebut setelah beberapa waktu penciptaannya. Jika hal ini kita arahkan kepada objek yang bernama manusia maka sungguh sangat tepat sekali. Sebab manusia pada galibnya bukanlah makhluk yang diciptakan langsung menjadi cerdas, tetapi potensi kecerdasan itu memang nyata ada. Hal ini dijelaskan di dalam Al Qur’an,
وَٱللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّنۢ بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَجَعَلَ لَكُمُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَٱلْأَفْـِٔدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An Nahl : 78).
Di dalam kitab Tafsirnya, Dr. Wahbah Az Zuhaili menuliskan,
واللَّهُ أخْرَجَكُمْ مِن بُطُونِ أُمَّهاتِكُمْ.. أي والله أخرجكم من بطون أمهاتكم لا تعلمون شيئا، فالإنسان خلق في مبدأ الفطرة خاليا عن معرفة الأشياء، ثم زوده الله بالمعارف والعلوم، فرزقه عقلا يفهم به الأشياء، ويميز به بين الخير والشر، وبين النفع والضرر وهيأ له مفاتيح المعرفة من السمع الذي يسمع به الأصوات ويدركها، والبصر الذي يبصر به الأشخاص والأشياء، والفؤاد الذي يعي به الأمور
“Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Manusia diciptakan dalam fitrah awalnya kosong dari mengenali sesuatu. Kemudian Allah membekalinya dengan pengetahuan dan ilmu-ilmu. Dan menganugerahi akal untuk memahami sesuatu dan membedakan antara yang baik dan yang buruk, dan antara yang bermanfaat dengan yang membahayakan. Dan Allah menyediakan bagi manusia kunci-kunci pengetahuan (lewat) pendengaran yang dengannya manusia dapat mendengar suara-suara dan mengenalinya. Dan penglihatan yang dengannya manusia dapat melihat orang-orang dan sesuatu dan hati yang dengannya manusia mengetahui banyak hal.” (Lihat Tafsir Al Munir Al Zuhaili).
Setelah mengetahui bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa maka tugas selanjutnya adalah mereka harus belajar karena Allah sebelum mengeluarkan jabang bayi ke alam dunia sudah membekalinya dengan pendengaran, penglihatan, hati serta akal. Yang mana semua itu adalah instrumen utama bagi manusia untuk dapat menempuh jalur pembelajaran setelah ia dilahirkan ke alam dunia.
Karena takdir asal manusia yang dilahirkan dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa itulah Imam Asy-Syafi'i Rahimahullah, mengatakan,
تَعَلَّمْ فَلَيْسَ الْمَرْءُ يُوْلَدُ عَالِمً
"Belajarlah karena tidak ada seorangpun yang dilahirkan dalam keadaan berilmu."
Sebab Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam juga bersabda,
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah)
Bahkan dengan sangat tegas Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam menyatakan,
اطلبوا العلم ولو بالصين
“Carilah ilmu walau sampai ke negeri China”
Apa makna negeri China dalam hadis tersebut? Apakah itu nama sebuah negara yang secara geografis hari ini disebut dengan RRC, sebuah negara Komunis terbesar di dunia? Apakah hadis Nabi di atas harus dipahami secara letterleck belaka?
Mengenai hadis tersebut, penulis ingin mengutip Kalam Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad Rahimahullah yang berkata di dalam kitabnya,
وقد قال رسول الله : طلب العلم فريضة على كل مسلم ، وقال عليه الصلاة والسلام : اطلبوا العلم ولو بالصين , والصين : إقليم بعيد من أبعد المواضع ، وقليل من الناس الذي يصل إليه لبعده ، فإذا وجب على المسلم أن يطلب العلم وإن كان في هذا المحل البعيد ، فكيف لا يجب عليه إذا كان بين العلماء ولا يلحقه في طلبه كثير معونة ، ولا گبیر مشقة؟
“Sungguh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam telah bersabda, ‘Mencari ilmu wajib atas setiap Muslim.’ Dan bersabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam, ’Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri yang jauh.’ Maksud dari kata الصين adalah gambaran negeri yang jauh daripada tempat yang terjauh yang mana sedikit sekali manusia yang bisa sampai ke sana karena jauhnya. Maka jika wajib atas setiap Muslim untuk mencari ilmu meskipun di tempat yang jauh, maka bagaimana tidak wajib atasnya jika dia berada (berdomisili) di antara Ulama dan tidak butuh banyak biaya dalam mencari ilmu, dan tidak ada kesukaran yang berat dalam mencarinya ?” (Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad, Nashoihud Diniyyah Wal Wasoyal Imaniyah, (Tarim, Cet. Darul Hawi 1420 H / 1999 M), Hal. 91).
Jadi menurut Imam Al Haddad, makna hadis tersebut adalah kita diperintahkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam untuk mencari ilmu walaupun sampai ke negeri yang jauh. Hal ini adalah gambaran bahwa kewajiban mencari ilmu itu sangat mutlak di dalam Islam. Dilakukan mulai dari buaian (lahir) hingga masuk liang lahat, diwajibkan atas lelaki dan wanita Islam dan bahkan diharuskan menjemput ilmu tersebut meski sampai negeri terjauh di muka bumi.
Inilah salah satu jawaban manakala ada orang yang bertanya kenapa sih Ibu-ibu kok suka banget pengajian? Ya karena perintah di dalam Islam memang demikian adanya. Para ibu-ibu yang istiqomah hadir pengajian itu paham perintah kewajiban mencari ilmu dibebankan kepada setiap orang Islam baik lelaki, wanita, muda, juga tua. Dan apalagi seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Seorang penyair ternama Hafiz Ibrahim mengungkapkan, “Al-Ummu madrasatul ula, idza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq” yang bermakna bahwa ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya. Maka sangat wajar jika seorang ibu berusaha semaksimal mungkin mencari ilmu (agama) yang akan dijadikan bekal memperbaiki akhlak dirinya dan anak-anaknya.
Para ibu-ibu itu juga paham bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda,
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
"Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya." (HR. Muslim)
Para ibu-ibu di Indonesia ini adalah orang yang paling paham bahwa kian hari kehidupan kian sulit, terutama dari sisi ekonomi, sebab rata-rata para ibu lah yang mengatur manajemen ekonomi di dalam rumah tangga, maka mereka yang cerdas tentu tidak mau kehidupannya kelak di akhirat juga dipersulit. Dari situlah mereka mencari cara agar jalannya ke surga kelak dipermudah yakni dengan pergi mencari ilmu (pengajian).
Sebuah penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas Maryland, Amerika Serikat, menemukan kenyataan bahwa perempuan berbicara 3 kali lipat lebih banyak daripada laki-laki. Dalam satu hari, rata-rata perempuan mengeluarkan 13.000 sampai 20.000 kata sedangkan laki-laki hanya 7.000 kata. Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa salah satu sebab yang membuat perempuan memproduksi kata lebih banyak daripada laki-laki adalah adanya kadar satu jenis protein berlebih dalam otak perempuan yang terkait dengan kemampuan berbicara. Sedangkan pada otak laki-laki kadar protein tersebut berjumlah lebih sedikit. (Wanita Lebih Banyak Bicara Daripada Lelaki)
Wanita adalah makhluk yang lebih banyak bicara daripada laki-laki, dan orang yang lebih banyak bicaranya maka lebih besar peluangnya untuk kepleset lidah (Slip of Tongue). Sedangkan Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam mewanti-wanti, “Barangsiapa yang banyak bicara, maka banyak kelirunya. Barangsiapa yang banyak kelirunya, maka banyak dosanya. Barangsiapa yang banyak dosanya, maka neraka lebih baik baginya.” (HR Thabrani)
Wanita akan lebih banyak bergunjing saat mereka berkumpul dengan sesamanya entah di tempat arisan, pasar, kantor, rapat partai dll. Maka dengan hadir ke pengajian setidaknya omongan-omongan itu bisa diminimalisir karena yang mereka dapatkan adalah siraman ilmu. Dan juga karena “kodratnya” sebagai makhluk yang banyak bicara yang berpotensi besar mendapatkan banyak dosa dari sisi lisan, maka dengan sering hadir di majelis ilmu dosa-dosa mereka akan diampuni oleh Allah. Hal ini berdasarkan kabar dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam yang bersabda,
طالب العلم يستغفر له كل شي حتى الحوت في البحر
"Orang-orang yang mencari ilmu akan memohonkan ampun baginya setiap sesuatu hingga ikan-ikan di lautan.” (Lihat Imam Suyuthi dalam Al Jami’us Shaqir)
Walhasil, penulis ingin menarik benang merah antara judul tulisan ini yakni “Kecerdasan Buatan” dengan orang yang suka hadir ke majelis ilmu. Bahwasanya manusia dilahirkan dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Lalu Allah membekalinya dengan panca indera serta akal dan hati sebagai alat utama untuk mendapatkan ilmu. Artinya kecerdasan itu tidak datang berbarengan dengan manusia lahir ke alam dunia, jadi kecerdasan itu harus “dibuat” di majelis-majelis ilmu. Dan pengajian adalah salah satu bentuk daripada majelis ilmu yang mana darinya banyak rakyat Indonesia menjadi lebih cerdas sesuai amanah konstitusi yang menyuruh untuk turut serta mencerdaskan bangsa.
Imam Muhammad bin Idris as Syafi’i Rahimahullah berkata,
ثلاثة تزيد في العقل : مجالسة العلماء ، و مجالسة الصالحين ، وترك الكلام فيما لا يعني
“Tiga hal yang menambah (kecerdasan) akal : Duduk (mengaji) kepada para Ulama, Berkumpul dengan para orang Sholeh, dan meninggalkan perbincangan yang tidak ada manfaatnya.” (Nuzhatul Majalis 1/158)
Maka perbanyaklah hadir ke majelis ilmu karena disanalah "Kecerdasan Buatan” dicetak. Apa itu kecerdasan? Dalam salah satu kitabnya yang terkenal, al-I'thisham (hlm 206), Imam asy-Syatibhi (w 790 H) mengutip sebuah riwayat yang juga disampaikan Imam as-Suyuthi dalam kitabnya, ad-Dur al-Mantsur (jilid 6, hlm 177), ''Dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu, katanya, 'Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam telah bersabda kepadaku, tahukah kamu, siapakah orang yang paling cerdas itu?' Maka kujawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.' Kemudian Rasul menjelaskan, 'Orang yang paling cerdas adalah orang yang paling awas melihat kebenaran di kala manusia gemar berselisih paham, meskipun amal perbuatannya minim, meskipun ia hanya bisa merangkak di atas kedua tumit kakinya. Masyarakat bani Israil terpecah ke dalam 72 kelompok. Tiga dari sekian banyak kelompok itu akan selamat, sedangkan sisanya akan celaka'.''
Sebagai penutup ingat pesan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam,
قَالَ النَّبِيُّ ﷺ كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ . رواه بيهقى
"Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka." (HR. Baihaqi).
Siapa orang yang celaka itu? Yakni mereka yang bukan ahli ilmu, juga bukan pencari ilmu, tidak pula gemar mendengar nasihat agama, bukan juga penyuka ilmu (agama) tetapi mereka malah menjadi penghalang orang untuk mencari ilmu, membubarkan majelis ilmu atau minimal benci (nyinyir) kepada majelis ilmu. Wallahu A’lam Bis Showab.
*Murid Kulliyah Dirosah Islamiyah Pandaan Pasuruan
Dimuat Di :