Tetaplah Bergerak
Oleh : Muhammad Syafii Kudo
سِيحُوا، فَإِنَّ الْمَاءَ إِذَا سَاحَ طَابَ، وَإِذَا وَقَفَ تَغَيَّرَ وَاصْفَرَّ
(الزهد والرقائق للخطيب البغدادي ٣٥)
“Beraktifitaslah, karena air yang mengalir itu baik dan jika berhenti (menggenang), air itu akan berubah dan menguning.” (Bisyr bin Harist Rahimahullah)
Seorang Arif pernah ditanya bagaimana cara membersihkan diri yang penuh dosa. Maka dia menjawab kepada si penanya agar hendaknya bagi si pendosa tersebut terus "berjalan" menuju ke arah taubat karena manakala si pendosa memilih diam dan pasrah pada keadaannya tersebut, maka dia akan selamanya berada di dalam kubangan dosa.
Keadaan seseorang ibarat air, jikalau air dibiarkan menggenang maka berpotensi menjadi kotor serta menjadi sarang penyakit. Namun manakala air itu mengalir maka kotoran yang dia bawa akan perlahan memudar bersamaan dengan mengalirnya air tersebut.
Demikian pula seseorang, dia harus bergerak sebab banyak tuntutan kewajiban bagi dirinya terutama di wilayah kehambaannya kepada Allah yang mesti dia tunaikan yang untuk itu seseorang tersebut harus membekali dirinya dengan ilmu. Dan ilmu tentang mengenal Allah, dan menjalankan kehambaan kepada Allah (fikih) hanya bisa didapat dengan cara “berjalan” mencari ilmu kepada guru.
Jika ini tidak dilakukan maka seorang hamba tidak akan bisa mendapatkan ilmu dan tidak tahu bagaimana cara menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah. Hal itu adalah sebuah dosa besar, dan akan menjadi kubangan dosa yang kian membesar manakala si hamba tetap pada keadaan (kebodohan akan ilmu) itu.
Dalam catatan Al Qur’an ada kisah apik yang sudah masyhur mengenai sebuah “pergerakan” yakni perjalanan Nabi Musa Alaihis Salam menyusuri sungai hingga tepian laut untuk bertemu dengan seseorang yang telah diberi ilmu yang berasalan langsung dari sisi Allah (Ladunni) yang dikenal bernama Khidir. Nabi Musa Alaihis Salam diperintah oleh Allah untuk menemuinya setelah sang kalamullah itu bertanya apakah ada yang lebih alim dari dirinya di zaman itu.
Dan seperti yang kita ketahui bahwa Nabi Musa Alaihis Salam ternyata tidak mampu bersabar “berjalan” bersama Khidir Alaihis Salam karena secara pandangan dhohir apa yang dilakukan oleh Khidir memang nampak menyalahi syari’at di zaman Nabi Musa Alaihis Salam. Namun seiring berjalannya mereka berdua akhirnya terkuaklah rahasia hikmah di balik perbuatan-perbuatan Khidir tersebut seperti yang sudah sering kita baca di dalam Al Qur’an (Surah Al Kahfi ayat 60-82).
Dari kisah ini kita juga bisa mengambil pelajaran bahwa bergerak atau berjalan sangat dibutuhkan untuk mengetahui apa yang terjadi di luar sana beserta hikmah di balik semua kejadiannya.
Maka tidak heran jika Al Qur’an sering menyebutkan perintah, ”Berjalanlah kalian di muka bumi...” di berbagai ayat seperti,
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan“. (QS. Al-Mulk ayat 15).
Katakanlah: “Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.” (QS. Al-An’am ayat 11).
“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.” (QS. Ar-Rum ayat 9).
“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.” (QS. Muhammad ayat 10).
“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS. Ali Imran ayat 137).
“Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya?”.(QS. Yusuf ayat 109).
Katakanlah: “Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa.” (QS. An-Naml ayat 69).
Katakanlah (Muhammad) “Bepergianlah kamu di muka bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan mereka adalah orang yang mempersekutukan (Allah).” (QS. Ar-Rum ayat 42).
“Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dada.” (QS. Al-Hajj 46).
Maka berjalanlah meskipun sendirian asalkan di atas jalan kebenaran, bergeraklah untuk hal yang positif, jangan hanya diam apalagi di saat diammu malah menenggelamkanmu dalam lautan kebinasaan. Berjalanlah di penjuru bumi ini untuk mentadaburi ayat-ayat kauniyah yang berserakan di seluruh sudut semesta ini agar semakin bisa tunduk kepalamu dalam sujud menghamba kepada Nya. Wallahu A’lam Bis Showab