Ibadah Tanpa Ilmu

Bahaya Beribadah Tanpa Panduan Ilmu

Oleh : Muhammad Syafii Kudo*

Pentingnya Ilmu


“Ketika saya tahajud waktu itu rasanya beda. Karena merasa ada yang aneh. Saya tidak biasanya berdoa yang benar-benar mikir apa yang saya lakukan tadi sebelum tidur. Saya keganggu dengan tulisan, kita patut percaya bahwa Yesus benar-benar ada,” tuturnya.

Karena begitu terganggu dengan tulisan itu, dia pun berdoa dan mengatakan, “Ya Allah kalau Yesus benar-benar ada tolong tunjukan ke saya.”

Usai menjalankan ibadah itu, dia kembali tidur. Ternyata sekitar pukul 02.00 dia mendengar suara ketokan di pintu kamarnya.

“Pintu kamar saya diketok tiga kali. Setelah saya buka, saya lihat ada cahaya. Cahaya yang kecil tapi lama-lama membesar,” ujarnya.

Sejurus kemudian, muncullah sesosok pria dari cahaya itu. Kata dia, dia tidak pernah kenal dengan pria tersebut. “Karena saya cewek, yang saya tahu hanya ganteng banget. Matanya bikin saya nyaman, dia tersenyum sama saya,” ujarnya.

Setelah kejadian itu, dia pun menutup rapat-rapat dan tidak pernah menceritakan kepada siapapun. Hingga akhirnya dia bercerita kepada temannya yang juga pemeluk Kristen. Maka sang teman berkata, “Sekarang saatnya kamu melayani Tuhan.”

Sejak saat itu, dia yakin berpindah agama menjadi pemeluk Kristiani. “Saya sudah 2 tahun percaya Yesus, dan tidak akan berpindah sampai kapan pun juga,” ujar salah satu jebolan ajang pencarian bakat menyanyi di sebuah stasiun televisi pada 2004 itu. (www.jpnn.com).

Kisah murtad salah seorang biduanita itu sempat viral beberapa tahun yang lalu. Dan tentunya membuat geger para fans dunia hiburan terutama para penggemar acara audisi nyanyi terbesar di Indonesia tersebut. Kisah para artis yang memilih murtad sebenarnya bukan kali ini saja terjadi. Namun yang membedakan dari penyanyi yang kami kutip kisahnya di atas adalah, dia memutuskan keluar dari agama Islam setelah mendapat “petunjuk” sehabis melakukan sholat Tahajud. 

Terlepas benar atau tidaknya yang pasti itulah yang selalu ia ceritakan kepada khalayak di berbagai warta. Tentu pengakuan ini menjadi unik sebab di saat mayoritas umat Islam yang melakukan munajat di tengah malam dengan bertahajud semakin mantap keimanannya serta mendapatkan ketenangan hidup yang kokoh, si penyanyi itu malah mendapat “bisikan” untuk menyekutukan Allah. Bisa dikatakan ini sebuah anomali yang sangat langka meski tidak memungkiri bisa saja terjadi.

Apa yang bisa dikupas dari kronologi murtadnya si penyanyi adalah tentang bagaimanakah seseorang bisa memahami Allah secara benar. Caranya dengan belajar ilmu tauhid (akidah) yang benar. Bagaimana sifat-sifat Allah baik yang wajib, mustahil, maupun jaiz. Tanpa mengenal hal tersebut seseorang bisa keliru dalam menyikapi Tuhan. Dan kekeliruan tersebut bisa berakibat fatal bila yang bersangkutan tidak berilmu dan lebih parahnya lagi ia tidak menyadari jika dirinya tidak berilmu lalu dia memutuskan (berijtihad) sendiri bagi dirinya yang akhirnya hawa nafsunya memberi keputusan agar dia menyekutukan Allah. Inilah bentuk salah paham manusia terhadap Tuhannya.

Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi mengatakan, “...Salah paham dengan kawan saja mengakibatkan masalah besar, dengan atasan di kantor juga bawa masalah. Lebih masalah lagi jika seseorang salah paham dengan orang tua, istri/suami atau saudara. Salah paham yang paling serius dalam kehidupan seseorang adalah salah paham terhadap Tuhan.’ (Minhaj; Berislam, dari Ritual hingga Intelektual. Hal XXIV).

Mungkinkah dengan beribadah semisal melaksanakan sholat Tahajud bisa menjerumuskan seseorang melakukan kemaksiatan terbesar berupa perilaku murtad. Jawabannya bisa saja jika ibadahnya tersebut tidak didasari oleh ilmu yang benar. Habib Zein bin Ibrahim bin Sumaith di dalam kitabnya mengatakan bahwa keutamaan ilmu adalah karena ia merupakan dasar ibadah dan sumber kebaikan. Sebagaimana kebodohan merupakan pangkal setiap keburukan dan asal semua bencana. Dan murtad adalah bencana terbesar dalam pandangan Islam yang salah satu musababnya adalah salah paham kepada Allah akibat beribadah an sich tanpa didasari ilmu yang benar. 

Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad mengatakan bahwa kebodohan adalah pangkal daripada setiap keburukan dan sumber dari setiap bahaya.

Syekh al Arif Billah Muhammad bin Arabi di dalam kitab Al Futuhat dalam bab al Washoya mengisahkan seorang penduduk Maghrib (Afrika Utara) yang sangat rajin dalam beribadah namun dengan ijtihad (pemikirannya) sendiri alias tidak berdasar ilmu yang diajarkan oleh guru yang memiliki sanad. Orang itu membeli keledai betina dan tidak menggunakannya untuk apapun. Lalu ada seseorang bertanya kepadanya alasan ia membiarkan keledainya itu. Orang itu menjawab, “Aku membiarkannya semata-mata untuk menjaga kemaluanku dengannya!” Ternyata ia tidak tahu bahwa bersetubuh dengan binatang ternak adalah haram hukumnya. Ketika orang yang bertanya itu memberi tahu bahwa perbuatannya itu haram ia pun menangis sejadi-jadinya.

Oleh karena itu maka orang yang tidak mempelajari ilmu tidak akan mengetahui hukum-hukum ibadah dan mendirikan hak-haknya. Seandainya pun seseorang beribadah kepada Allah seperti ibadahnya para malaikat di langit tetapi dilakukan tanpa ilmu Ia tetap termasuk orang yang merugi. Karenanya, setiap orang harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dan meninggalkan sikap malas dan jenuh. Jika tidak, maka ia berada dalam bahaya kesesatan. Karena sesungguhnya kebodohan itu termasuk perkara yang paling buruk. (Al Manhaj as Sawiy, Syarh Ushul Thariqah as Sadah Al Ba’alawi, hal 81).

Di dalam biografi (manaqib) Syekh Abdul Qadir Al Jailani dikisahkan bagaimana setan berupaya membuat tipu daya kepada beliau agar bermaksiat kepada Allah. Suatu ketika Syekh Abdul Qadir al-Jailani bercerita kepada para muridnya bahwa ia pernah mengalami sebuah kejadian. Yaitu tiba-tiba muncul di hadapan beliau nur (sinar) sangat besar yang menerangi segala penjuru. Lalu nampak suatu sosok dari nur tersebut seraya berkata, “Hai Abdul Qadir, aku adalah Tuhanmu. Dan Aku sungguh telah menghalalkan padamu segala perkara-perkara yang telah aku haramkan.” Syekh Abdul Qadir menjawab, “Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, sirnalah kau wahai la’in (makhluk yang terkutuk).”

Seketika itupun sinar tersebut hilang dan berubah menjadi asap hitam. Namun lagi-lagi iblis tidak putus asa. Ia tetap berusaha agar bisa menipu dan menjerumuskan Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Walaupun ia telah gagal dengan tipuan yang pertama, ia tetap melancarkan tipuan selanjutnya. Iblis mencoba menjerumuskan Syekh Abdul Qadir menjadi orang sombong dan bangga diri. Iblis kemudian berkata kepada beliau, “Wahai Abdul Qadir, engkau telah selamat dariku sebab ilmumu dengan ketetapan Tuhanmu dan sebab keahlianmu di dalam hukum-hukum keadaan-keadaanmu. Sungguh, dengan tipuan seperti tadi, aku telah berhasil menyesatkan tujuh puluh orang dari ahli tarekat (ahli tasawuf) !” Namun sekali lagi, Syekh Abdul Qadir gagal ditipu oleh iblis, beliau menjawab,

” لِرَبٍّيَّ الْفَضْلُ وَالْمِنَّةُ “

“Keutamaan dan Anugerah hanya milik Tuhanku.”

Beliau tetap tawadhu’ dan merendah. Beliau sama sekali tidak merasa bahwa keberhasilan mengalahkan iblis adalah sebab beliau, akan tetapi sebab anugerah dan pertolongan Allah Swt, sehingga pujian hanya milik Allah Swt. semata.

Kemudian ada yang bertanya kepada beliau, “Bagaimana bisa anda tahu kalau itu Iblis ?.” Beliau menjawab,

” مِنْ قَوْلِهِ ’أَبَحْتُ لَكَ الْمُحَرَّمَاتِ‘، فَعَلِمْتُ أَنَّ اللهَ تَعَالَى لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ “

“Dari ucapannya, ‘Aku halalkan padamu segala perkara yang diharamkan,’ dan aku tahu bahwa sesungguhnya Allah ta’ala tidak pernah memerintahkan perkara-perkara yang haram.” (Abu Lathif dan Hanif Muslih bin Abdurrahman bin Qashid al-Haq ad-Demaki as-Samarani, an-Nur al-Burhan fi Tarjamah al-Lujain ad-Dani Juz 2, Semarang, Thoha Putra, halaman 44 – 45).

Jika seorang Wali Quthb seperti Syekh Abdul Qadir Al Jailani saja masih diganggu oleh iblis agar bermaksiat kepada Allah lalu bagaimana dengan para orang awam yang beribadah pun tidak didasari ilmu yang mumpuni, tentu setan akan lebih mudah menyesatkan mereka. Termasuk penyanyi yang memilih murtad setelah melaksanakan sholat tahajud tersebut.

Dalam kacamata Islam apa yang dialami oleh penyanyi tersebut tentu bukan “bisikan Tuhan” melainkan hembusan Iblis belaka yang berusaha memenuhi sumpahnya di hadapan Allah untuk menyesatkan semua keturunan Adam. (Q.S. al-Hijr : 39). Dan sayangnya hembusan Iblis itu dipahami secara salah sebagai sebuah kebaikan. Dan sekali lagi salah pemahaman seperti ini adalah akibat dari tiadanya ilmu. Wallahu A’lam Bis Showab.

*Murid Kulliyah Dirosah Islamiyah Pandaan Pasuruan

Dimuat Di :

BACA JUGA

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama