Hikayat Perang Sabil

 Hikayat Perang Sabil

Oleh : Egu Arifianto*

Masih di bulan yang bersejarah ini layaknya kita menengok sedikit kisah perjuangan rakyat Aceh. Sudah maklum bagi kita bahwa perlawanan rakyat Aceh pada kolonial tak terbendung, kecuali dengan pengkhianatan dan kelicikan. Semangat yang mengisi relung hati mereka dalam mengusir dan melawan penjajah tak lepas dari peran sastra, yaitu hikayat perang yang ditulis oleh para Ulama' yang berwibawa.

Selain pengobar semangat, hikayat juga berfungsi sebagai sarana Islamisasi yang ditulis dengan huruf Arab-Melayu atau yang kita kenal dengan Pegon atau Pego. Hikayat pada umumnya berisi peristiwa-peristiwa sosial, tentunya melibatkan tingkah-laku, norma atau nilai-nilai sosial, kehidupan masyarkat dan sosial. 

Lebih dari itu juga berisi nilai-nilai yang mengatur hidup mereka. Intinya, secara sederhana mencakup moral, adat dan agama.

Salah satu hikayat yang mampu membangkitkan semangat juang rakyat Aceh adalah Hikayat Perang Sabil. Hikayat ini menunjukkan eratnya pertalian antara sastra Aceh dengan Ajaran Islam yang mampu menjiwai perang sabil di Aceh dalam waktu yang cukup panjang. 

Serta mampu "memberikan" kekuatan untuk mengambil keputusan terhadap penganut Islam yang masih ragu-ragu. "Memberikan" semangat syahid dalam hati, membina tekat yang bulat kepada masyarakat: mati syahid dan tidak melihat muka kafir.

Adapun hikayat ini ditulis oleh Chik Pantee Kulu, nama lengkap beliau Teungku Muhammad Pantee Kulu, Ulama Besar, Pujangga kenamaan selain Tuan Hamzah Fansuri, Sastrawan Nusantara. Beliau dilahirkan sekitar tahun 1836. Dan digelari sebagai "Penyair Perang" terbesar di dunia.


Berikut mari kita simak dua-tiga bait nukilan hikayat Perang Sabil.

Yang artinya:

1035.

Dan jiwamu... dengar kukatakan maknanya kini

Pemberian Tuhan Rabbul 'Alamin, pada orang mukmin jalan sejahtera

Lepas dari azab hari kemudian, diberikan Tuhan kelak surga

Jannatul 'Adnin Tuhan namakan, nikmat nian tiada terkira

Apa yang tergerak dalam hati, segera nyata ke situ tiba

1040.

Karunia Khalik Rabbul Jalil, yang berperang sabil sangat mulia

Bidadari tujuh puluh orang, khadam sekalian muda-muda

Begitu firman Rabbul Jalil, jangan diam lagi wahai saudara

Berangkatlah teungku memerangi kafir, jangan sayangi akan harta

Seluruh harta anda wahai taulan, dengan kekayaan Nabi Sulaiman secuil tiada.


Disarikan dari berbagai tulisan dalam Seulawah Antologi Satra Aceh; Sekilas Pintas, 1995, Yayasan Nusantara dan Pemerintah Daerah Khusus Istimewa Aceh.

*Peminat Sejarah Dan Sains


BACA JUGA

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama