Syiah Dalam Pandangan Pendiri NU
Oleh : Ubed Ahmad*
Fatwa Rais Akbar NU |
Orang tersebut juga menyatakan bahwa dalam tradisi agama Islam nusantara faktanya adalah sebagian berasal dari tradisi Syiah.
Tentu hal ini mengundang kontroversi terutama di kalangan Nahdliyyin sendiri. Karena Nahdatul Ulama yang merupakan salah satu gerbong Ahlussunah Wal Jamaah terbesar di dunia adalah ormas yang tegas melawan aliran-aliran sempalan di dalam Islam.
Pernyataan yang menyatakan bahwa NU adalah Syiah minus Imamah dan Syiah adalah NU plus Imamah yang pernah dilontarkan seorang oknum tokoh NU serta statemen oknum petinggi NU lainnya yang pernah mendukung kegiatan perayaan Arbain-an bulan Muharram dan bahkan menganggap dungu warga NU yang menolak perayaan itu tentu tidak lantas bisa menjadi pedoman bagi Nahdliyyin. Sebab para Muassis NU sendiri menolak paham yang suka mencaci para Sahabat dan istri Nabi tersebut.
Di dalam kitab Risalah Ahlussunah Wal Jamaah yang ditulis oleh Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari tegas dinyatakan bahwa hendaknya bagi seluruh umat Islam di Indonesia mewaspadai beberapa aliran sempalan seperti Mujasimah dan Syiah.
Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari berkata, “Ada juga kelompok Rafidzah yang selalu mencela Abu Bakar dan Umar R.A. dan lainnya. Tetapi fanatik kepada sahabat Ali bin Abi Thalib dan Ahli Bayt R.A.
Berkata Sayid Muhammad dalam kitab “Syarah Qamus”, bahwa sebagian kaum Rafidzah ada yang menjadi kafir, semoga Allah menjauhkan kita darinya.
Kemudian beliau menyitir pendapat Qadhi Iyadh yang berkata di dalam kitab “Syifa”, bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Takutlah kepada Allah (untuk mencela) para sahabatku, janganlah kalian mencela sahabatku sepeninggalku. Barang siapa mencintai mereka maka aku mencintainya dengan sepenuh cintaku, barangsiapa membenci mereka maka aku akan membencinya dengan kebencianku. Barang siapa mencela mereka, sama dengan mencelaku. Barang siapa mencelaku sama dengan mencela Allah. Barang siapa mencela Allah maka Allah akan menyiksanya. (HR. Tirmidzi, Ahmad).
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam juga bersabda, “Jangan kalian mencela para sahabatku, barang siapa mencelanya maka baginya laknat Allah, para Malaikat dan segenap manusia, dan Allah tidak akan menerima amal kebaikannya.”
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Janganlah kalian menghina para sahabatku. Sesungguhnya akan ada di akhir zaman orang-orang yang suka mencela para sahabatku. Jangan kalian menshalati mereka ketika mati, jangan shalat bersama mereka, jangan menikahkan anak-anak kalian dengan anak mereka, dan jangan duduk bersama mereka, dan jika mereka sakit janganlah kalian menjenguknya.”
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa mencaci-maki sahabatku maka pukullah dia.”
Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam memberitahukan bahwa menyakiti para sahabat adalah sama halnya dengan menyakiti Nabi itu sendiri. Dan menyakiti Nabi adalah haram hukumnya.
Ini sesuai hadis yang berbunyi, “Janganlah kalian menyakiti aku (dengan) mencaci sahabatku, barang siapa menyakiti mereka sama dengan menyakiti aku.”
Dan juga hadis yang berbunyi, “Janganlah kalian menyakiti aku dengan menyakiti A’isyah.” (Risalah Ahlussunah Wal Jamaah Fasal II, Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari).
Di dalam Qanun Asasi Nahdlatul Ulama Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari juga berpesan, “Ini adalah jam’iyyah yang lurus, bersifat memperbaiki dan menyantuni. Ia manis terasa di mulut orang-orang yang baik dan bengkal di tenggorokan orang-orang yang tidak baik. Dalam hal ini hendaklah anda sekalian saling mengingatkan dengan kerjasama yang baik, dengan petunjuk yang memuaskan dan ajakan memikat serta hujjah yang tak terbantah. Sampaikan secara terang-terangan apa yang diperintahkan Allah kepadamu, agar bid’ah-bid’ah terberantas dari semua orang. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila fitnah-fitnah dan bid’ah-bid’ah muncul dan sahabat-sahabatku di caci maki, maka hendaklah orang-orang alim menampilkan ilmunya. Barang siapa tidak berbuat begitu, maka dia akan terkena laknat Allah, laknat Malaikat dan semua orang.” (Qonun Asasi Nahdatul Ulama).
Dari penjelasan pendiri Nahdlatul Ulama tersebut sudah nyata terbantahkan jika ada klaim yang menyatakan bahwa NU tidak menganggap Syiah adalah aliran yang tidak sesat.
Jelas sekali fitnah tersebut dilakukan oleh para oknum tidak bertanggung jawab yang berasal dari luar NU dan juga oknum dalam NU sendiri. Termasuk oknum yang mencuit di media sosial Twitter yang “dilawan” oleh Habib Abubakar Bin Hasan Assegaf tersebut. Wallahu A’lam Bis Showab.
*Nahdliyyin Pasuruan
Dimuat Di : https://www.hidayatullah.com/artikel/tsaqafah/read/2021/06/15/210239/syiah-dalam-pandangan-pendiri-nu.html