Rusaknya Remaja

 Kerusakan Remaja Dan Dekatnya Kiamat

Oleh : Muhammad Syafii Kudo*

Jaga Remaja Kita


Pergantian tahun sudah tinggal mengitung hari. Alih-alih bertafakur, banyak manusia yang malah merasa gembira dan sibuk menyambutnya. Mereka seolah lupa bahwa tahun baru artinya setahun sudah usia kita dikurangi.

Sebagai orang yang beriman hendaklah kita bisa berfikir lebih cerdas. Bahwa kita ini sudah hidup di akhir zaman. Sebuah era yang identik dengan berbagai fitnah. 

Bahkan Rasulullah Saw menggambarkan bahwa zaman akhir itu bagaikan potongan-potongan gulita malam.

Dimana seseorang yang di pagi harinya masih dalam keadaan beriman bisa menjadi kafir di malam harinya. Dan sebaliknya seseorang yang berada dalam keadaan beriman di waktu malam bisa menjadi kafir di pagi harinya. (HR. Abu Dawud).

Sungguh sangat mengerikan gambaran tersebut. Maka semakin mendekat kepada Allah Swt adalah benteng pertahanan terakhir kita. Sebab tingkat godaan setan dan hawa nafsu semakin besar di era seperti ini.

Ingatlah bahwa setan yang menggoda manusia zaman ini adalah setan yang sudah sangat senior dalam hal pengalaman. Bukankah dia termasuk makhluk yang ditangguhkan usianya hingga hari kiamat kelak. (QS. 15 : 36-38).

Dialah anak buah Iblis yang sudah pernah menggoda bapak manusia (Adam As) ribuan tahun yang lalu. Dengan usia dan pengalaman yang demikian panjang secara logika manusia tentu tidak akan mampu menghadapi godaan setan.

Satu-satunya cara dalam menghadapinya adalah dengan pertolongan Allah semata. Dan untuk mendapatkan pertolongan itu jalannya adalah dengan meningkatkan takwa kita kepada Allah Swt.

Ini sesuai dengan janji Allah Swt, 

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya."(QS. At Thalaq : 2-3). 

Dalam level negara, Indonesia sebagai Negara Berketuhanan Yang Maha Esa tentu menempatkan nilai ketakwaan di posisi yang strategis. Dalam Konstitusi negara ini, ketakwaan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai oleh Sistem Pendidikan Nasional. 

Hal ini termuat dalam Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3 yang berbunyi, ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Melihat isi tujuan pendidikan nasional tersebut, dapat disimpulkan bahwa sekolah sebagai institusi resmi negara yang bertugas menyelenggarakan pendidikan memiliki tugas utama yakni menjadikan rakyat Indonesia sebagai manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.

Hal ini tentu tidak mudah sebab tantangan di zaman ini lebih besar. Karena permasalahan remaja dan pergaulannya di era sosmed lebih kompleks. Salah satunya adalah tentang dampak pergaulan bebas remaja.

Ada berita tidak sedap yang dirilis oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) yang mengungkapkan hasil survei mereka sejak lima tahun lalu. Dalam rilis itu disebutkan bahwa sebanyak 93,7 persen siswi SMP dan SMA di Kota Depok mengaku sudah tidak perawan. 

Hal itu diungkapkan terkait pernyataan anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PKS, Nur Azizah Tamhid yang menyatakan, 70 persen siswi SMP di Kota Depok sudah tidak perawan.   

"Kami sudah umumkan survei lima tahun lalu bahwa sebanyak 93,7 persen siswi SMP dan SMA di Kota Depok mengaku sudah tidak perawan. Jadi apa yang diungkapkan Bu Nur Azizah itu mendekati kebenaran," ujar Ketua Komnas PA, Ariet Merdeka Sirait dengan sejumlah wartawan di Kota Depok, Rabu (23/12).

Menurut Arist, dari angka 93,7 persen tersebut, sebanyak 61,2 persen di antaranya mengaku memilih aborsi atau menggugurkan kandungan. 

"Survei di beberapa wilayah dengan sampling sekira 4.700 siswi SMP dan SMA. Jadi jika diturunkan persentase itu atau yang dilansir di Kota Depok itu dibenarkan dengan angka itu," tegasnya.

Dia mengutarakan, angka persentase yang dikatakan Nur Azizah yakni 70 peren itu mirip dengan data Komnas PA. 

"Hanya memang jumlah samplingnya berbeda. Dari data kami, bahkan 97 persen lebih itu mengaku pernah nonton pornografi. Jadi perilaku seks remaja di Kota Depok itu sesuai angka-angka itu. Makanya perlu diantisipasi. Hasil survei tersebut sangat miris dan mengerikan bagi masa depan anak," jelas Aris

Untuk itu, lanjut Arist, pihaknya selalu mengkritik klaim Kota Depok sebagai Kota Layak Anak dengan beragam penghargaan yang diraih Pemerintah Kota (Pemkot) Depok. 

"Faktanya Kota Depok tidak layak anak, tapi selalu dibantah. Apalah gunanya mengatakan, Depok Kota Layak Anak, Kota Ramah Anak dan sebagainya tapi perilaku penyimpangan seks anak dan korban kekerasan anak masih banyak terjadi," tuturnya.

Arist menegaskan, dengan temuan tersebut, maka kasus kekerasan terhadap anak di Kota Depok bukan lagi pada level darurat namun sudah masuk kategori abnormal. 

Kami berharap Pemkot Depok bersungguh-sungguh mengurus dan memperhatikan masa depan anak-anak, jangan hanya mengejar penghargaan saja. Jangan ada lagi kekerasan terhadap anak, jangan ada lagi anak-anak jadi pengemis dan anak jalanan. Cegah pergaulan seks bebas di kalangan anak-anak," harapnya.

Diutarakan Arist, langkah yang harus segera dilakukan untuk mencegah lonjakan kasus tersebut adalah dengan melakukan penyuluhan yang berakar pada kebutuhan masyarakat. 

"Penyuluhan dilakukan di pendidikan, lingkungan sekolah dan melalui sarana teknologi. Tak ketinggalan pentingnya peran orang tua dan keluarga terdekat," ucapnya. (https://www.demokrasi.co.id/2020/12/komnas-pa-ungkap-937-persen-siswi-smp.html?m=1).

Tentu warta dari Komnas PA tersebut sangat mengejutkan. Jika remaja seusia SMP dan SMA sudah sedemikian rusaknya bagaimana dengan jenjang yang di atasnya lagi. 

Meskipun digugat oleh sebagian warga Depok, namun setidaknya survei itu bisa menjadi barometer bagi para orang tua tentang gambaran pergaulan remaja saat ini.

Dan bagi  para pemegang kebijakan negara, setidaknya dengan survei itu bisa tersadarkan bahwa darurat akhlak memang nyata terjadi di negeri ini. 

Hasil survei level lokal satu kota itu adalah sebuah fenomena gunung es di Indonesia sebab bisa jadi di kota-kota lain di negeri ini juga terjadi hal serupa.

Pembenahan akhlak untuk menjadi manusia Indonesia yang beradab dan bertakwa sesuai tujuan Pendidikan Nasional ternyata masih jauh dari kata maksimal. Maka daripada itu peran agama tentu sangat vital di sini.

Pelibatan lembaga pendidikan keagamaan seperti Ponpes, Madin dan TPQ tentu bisa dimaksimalkan. Apalagi pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di negeri ini sudah terbukti nyata sumbangsihnya dalam membentuk akhlak manusia Indonesia. 

Karena diakui atau tidak ada banyak materi ajar yang tidak bisa didapat masyarakat di lembaga sekolah namun bisa diperoleh di Pondok Pesantren.

Mulai dari metode belajar yang khas, pemisahan kelas beda gender, pembatasan gawai dan aplikasi media sosial, dan yang tidak kalah penting adalah penanaman akhlak dan adab  sejak dini.

Dan tidak lupa peran orang tua adalah kunci utama. Mereka harus bisa mengontrol pergaulan anak-anak mereka termasuk di dalam dunia maya. Dengan siapa mereka bergaul, bagaimana pergaulan media sosial mereka dll.

Namun dari itu semua , fenomena kerusakan remaja itu jauh hari ternyata sudah diwanti-wanti oleh Rasulullah Saw. Bahwa di akhir zaman, salah satu tanda dekatnya kiamat adalah rusaknya wanita-wanita dan pemuda di zaman itu.

Disebutkan di dalam hadis,

اخرج أبو يعلی والطبراني فی الأوسط عن أبی هريرۃ قال : قال رسولﷲ صلّ الله عليه و سلّام ( كيف بكم أيّها النّاس إذا طغی نساءوكم وفسق شبابكم ). قا لوا : يا رسولﷲ إن هذا لكاءن, قال : ( نعم واشد منه كيف بكم إذا تركتم الأمر بالمعروف والنهی عن المنكر ) قالوا : يارسولﷲ أن هذا لكاءن, قال : (نعم وأشد منه كيف بكم إذا رأيتم المنكر معروفاً ورأيتم المعروف منكر).

“Dari Abu Ya’la dari Thobrony di dalam Kitab Ausath dari Abu Hurairah berkata; Berkata Rasulullah Saw,”Bagaimana dengan kalian wahai manusia ketika wanita-wanita kalian menjadi durhaka dan pemuda-pemuda kalian menjadi fasik.  Para sahabat bertanya,”Ya Rasulullah akankah hal itu terjadi?”, Rasulullah menjawab,”Iya dan bahkan lebih parah daripada itu. Bagaimana dengan kalian saat kalian meninggalkan amar makruf dan nahi munkar?”, Para sahabat bertanya,”Akankah itu akan terjadi?”, Rasulullah menjawab,”Iya, dan bahkan lebih parah daripada itu. Bagaimana dengan kalian saat kalian anggap yang munkar itu baik dan kalian anggap yang baik itu munkar.”

Saat ini fenomena rusaknya para wanita dan fasiknya para pemuda sudah nyata terpampang di depan mata kita. Termasuk hasil survei yang dibahas di awal tulisan ini. 

Belum lagi ditambah dengan kian terbaliknya logika beragama masyarakat hari ini. Yang sebenarnya munkar kini dianggap baik oleh masyarakat dan yang sejatinya baik kini dilabeli munkar oleh masyarakat.

Dan tidak berhenti sampai di situ, para pegiat amar makruf nahi munkar kini juga banyak dipersekusi, diboikot, dikriminalisasi, bahkan dibunuh. 

Sedangkan para maling uang rakyat malah dilindungi, publik figur pembawa budaya asing yang tidak sesuai budaya dan norma nusantara malah dipoles jadi panutan.

Inilah fakta zaman ini. Dan tidak menutup kemungkinan fenomena kerusakan-kerusakan itu akan terus berlanjut di masa mendatang hingga kiamat benar-benar terjadi. 

Tugas kita hari ini adalah menyadari fitnah itu, lalu berusaha memperbaiki akhlak dan mendekatkan diri kepada Allah Swt hingga datang kematian kita. Wallahu A’lam Bis Showab.

*Murid Kulliyah Dirosah Islamiyyah Pandaan Pasuruan


BACA JUGA

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama