Mengembalikan Manusia Pada Khittahnya
Oleh : Muhammad Syafii Kudo*
Back To Khittah |
Manusia adalah khalifah di muka bumi. Mereka menerima amanah besar tersebut dari sang pencipta semesta yang mana amanah itu telah pula ditawarkan kepada beberapa makhluk Allah Swt lainnya namun mereka enggan menerimanya.
Padahal dari segi kekuatan, para makhluk tersebut memiliki kapasitas diri lebih besar daripada manusia. Hal ini diabadikan di dalam Al Qur’an,
إِنَّا عَرَضْنَا ٱلْأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱلْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَن يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا ٱلْإِنسَٰنُ ۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS. Al-Ahzab: 72)
Malaikat sendiri sebenarnya pernah “protes” kepada Allah Swt saat Allah menyatakan hendak menciptakan wakilNya (Khalifah) di muka bumi.
Para malaikat bertanya, sebagaimana firman-Nya, ''Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?''
Lalu Allah Swt berfirman, ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.'' (QS Albaqarah [2]: 30).
Kalimat Allah yang mengunci mati pertanyaan malaikat yang berbunyi, ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,” adalah tanda bahwa Allah Swt pasti akan membantu manusia yang Dia pilih sebagai khalifah Nya sebab Allah tahu manusia itu lemah sedangkan menjalankan misi kekhalifahan itu sangat berat.
Pertolongan Allah kepada manusia dalam menjalankan Khittahnya itu bermacam-macam. Dan pertolongan terbesar adalah lewat pengutusan para Rasul kepada manusia.
Para Rasul ibarat kurir yang membawa risalah, petunjuk, dan panduan dari Allah Swt kepada manusia. Agar mereka tak sasar arah dari khitttahnya sebagai hamba dan khalifah Nya.
Estafet kalam-kalam ilahi yang dialih-lisankan lewat lisan para Rasul Nya di setiap zaman itu akhirnya paripurna di zaman Rasul pamungkas yakni Nabi Muhammad Saw yang terbukukan dalam Al Qur’an dan Hadis Nabi.
Maka untuk menjalankan khittahnya itu manusia haruslah berpedoman kepada dua warisan Nabi tersebut, yakni Al Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.
Syekh Muhammad Mutawalli Sya’rawi di dalam kitabnya, Mu’jizat Ar Rasul menjelaskan bahwa manusia yang telah diciptakan Allah sebagai penguasa alam ini, sementara seluruh jenis wujud lain (tumbuhan, hewan dsb) diciptakan untuk meladeninya, haruslah punya aturan dan tujuan hidup. Karena makhluk yang derajatnya lebih rendah dari manusia memiliki tugas dan tujuannya sendiri.
Dalam sebuah Hadis Qudsi Allah Swt berfirman,
يَااَبۡنَ اٰدَمَ خَلَقۡتُ الۡأَشۡيَاءَ مِنۡ أَجۡلِكَ وَخَلَقۡتُكَ مِنۡ أَجۡلِيۡ فَلَا تَشۡتَغِلۡ بِمَا هُوَ لَكَ عَمَّا أَنۡتَ لَهُ
“Wahai anak Adam, Aku menciptakan segala sesuatu untuk kamu dan menciptakan kamu untuk Ku. Oleh karena itu, janganlah kamu disibukkan dengan segala yang menjadi hakmu, sementara kamu melupakan hakmu sendiri.”
Dengan demikian sangat aneh jika segala jenis makhluk yang ada di alam ini melaksanakan tugasnya untuk meladeni manusia, sementara manusia tidak melaksanakan tugasnya kepada Allah Swt.
Padahal tugas kepada Allah Swt ini memiliki manfaat yang tidak kembali kepada Allah Swt tetapi justru kembali kepada manusia itu sendiri, yaitu agar di akhirat kelak hidup dalam kenikmatan yang langgeng.
Di dunia ini, dengan hukum kausalitas (sebab akibat), kita dapat mengeruk keuntungan seukuran dengan ilmu dan usaha kita. Jika keahlian kita sederhana, keuntungan yang akan diperoleh juga biasa-biasa saja.
Seiring dengan peningkatan kapasitas hidup dengan lebih banyak lagi ilmu pengetahuan yang dikuasai dan dibarengi dengan usaha yang sungguh-sungguh, fasilitas hidup juga akan meningkat.
Akan tetapi di akhirat nanti prosedurnya lain, tidak berdasarkan strara keahlian dan ilmu pengetahuan. Semuanya berjalan berdasarkan kekuasaan Allah Swt, sebanding dengan usaha (manusia) dalam melaksanakan manhaj Nya di dunia.
Memang manhaj Allah Swt terkadang sangat melelahkan, menjemukan, itulah godaan. Namun, rasa berat itu hanya sementara saja. Betapapun panjangnya masa taklif dalam usia kita, masih sangat terbatas jika dibanding dengan rentang waktu di hari akhirat.
Jika Allah Swt menuntut pembebanan agar manusia melaksanakan manhaj Nya di dunia, ketahuilah bahwasannya Allah Swt akan memberikan rasa nyaman yang abadi yang tidak membuat manusia merasa lelah selamanya, yaitu dengan kehidupan surga
Di surga, segala keinginan yang tersirat di dalam hati akan hadir dengan seketika di hadapan kita, sesuatu yang tak mungkin dapat dijangkau di dunia dengan kecanggihan ilmu dan teknologi sekalipun. (Mu’jizat Ar Rasul, Mukjizat Rasul Terj., Syekh Muhammad Mutawalli Sya’rawi, hal. 18-20).
Dengan segala pertolongan Allah Swt tersebut hendaknya manusia bisa bersyukur sebab dengan kelemahan yang menjadi fitrah manusia (QS. An Nisa : 02), Allah dengan kasih-sayang Nya masih tetap membantu manusia mengemban amanah yang berat tersebut.
Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwasannya alam ditundukkan oleh Allah Swt untuk meladeni kepentingan manusia,
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً وَمِنَ النَّاسِ مَن يُجَادِلُ فِي اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتَابٍ مُّنِيرٍ
“Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin.” (QS Luqman [31]:20)
Dengan kesempurnaan nikmat lahir-batin dan limpahan pertolongan dari Allah Swt tersebut, seyogyanya tidak ada lagi alasan bagi manusia untuk tidak fokus menjalankan misi besar sebagai hamba dan khalifah Allah Swt di dunia ini.
Mari buktikan bahwa keraguan Malaikat terhadap kecakapan manusia dalam memakmurkkan bumi dengan panduan manhaj Nya adalah tidak berdasar. Dan mari kita kembali ke Khittah kita sebagai hamba dan khalifah Allah. Wallahu A’lam Bis Showab.
*Murid Kulliyah Dirosah Islamiyah Pandaan Pasuruan