Care is a sign of love |
Urgensi Amar Makruf Nahi Munkar Pada Masa Kini
Oleh : Muhammad Syafii Kudo
Tak dapat dipungkiri kini kita berada di zaman akhir yang bercirikan globalisasi di segala lini.
Zaman yang didominasi oleh pemujaan kepada syahwat duniawi mau tak mau harus kita rasai hari ini.
Salah satu ciri mencolok dari manusia di zaman ini adalah makin kuatnya individualisme.
Rasa nafsi-nafsi itu makin kuat karena dipengaruhi oleh gaya hidup Barat yang makin meng-hegemoni.
Kecenderungan kapitalisme yang menuhankan kepentingan pribadi makin kentara.
Dimana jargon urusan kamu ya urusan kamu urusan saya ya urusan saya; jangan saling mencampuri urusan orang lain, makin jamak kita dengar.
Hal ini tentu sangat bertentangan dengan fitrah manusia yang diciptakan sebagai makhluk sosial. Dimana seseorang membutuhkan "sentuhan" orang lain.
Hak pribadi memang tetap dihormati namun makhluk sosial tetap butuh kebersinggungan dengan manusia lain, ini sudah menjadi fitrah.
Yang paling berbahaya dari paham individualisme adalah manakala sikap masa bodoh pada sekitarnya itu makin diperbodoh dengan penyelewengan terhadap makna asli hak asasi manusia.
Hak asasi manusia dalam kacamata Barat yang sekuler tentu tidak sama terminologi HAM dalam kacamata Islam.
Mengapa yang dijadikan komparasi di sini adalah Islam. Jawabannya mudah saja, karena mayoritas orang Indonesia adalah pengikut agama yang dibawa oleh Rasulullah Saw tersebut.
Dan berbeda dengan Barat Sekuler, di dalam Islam ada kewajiban Amar Makruf Nahi Munkar yang karenanya pula umat Islam dianggap sebagai umat terbaik.
“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110).
Islam sendiri berasal dari kata aslama yang bermakna berserah diri, yang juga terbentuk dari kata salima yang artinya selamat dan menyelamatkan, dan dari kata salima terbentuk kata sallama yang bermakna lebih tegas lagi yakni menyelamatkan orang lain. Dan dari kata salima terbentuk pula kata salam yang artinya aman, damai, dan sentosa. (Hamid Fahmy Zarkasy dalam MINHAJ; Berislam, Dari Ritual Hingga Intelektual, hal. 34-35).
Karena fitrahnya yang menyelamatkan diri sendiri dan orang lain itulah maka jargon urusan kamu bukan urusanku dan atau sebaliknya itu tidak berlaku dalam Islam.
Dan amar makruf nahi munkar itulah instrumen yang digunakan oleh umat Islam untuk menyelamatkan diri sendiri maupun orang lain.
Ada penggambaran menarik mengenai amar makruf nahi munkar ini dalam sebuah hadis,
عن النعمان بن بشير رَضِيِ اللَّهُ عَنْهماُ عن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قال: <مثل القائم في حدود اللَّه والواقع فيها كمثل قوم استهموا على سفينة فصار بعضهم أعلاها وبعضهم أسفلها، فكان الذين في أسفلها إذا استقوا من الماء مروا على من فوقهم؛ فقالوا: لو أنا خرقنا في نصيبنا خرقاً ولم نؤذ من فوقنا. فإن تركوهم وما أرادوا هلكوا جميعاً، وإن أخذوا على أيديهم نجوا ونجوا جميعاً> رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ
Artinya: Dari An-Nu’man bin Basyir ra dari Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda:
”Perumpamaan orang yang menegakkan hukum-hukum Allah dengan orang yang melanggarnya seperti suatu kaum yang berada dalam sebuah kapal. Maka sebagian (penumpang) berada di atas dan sebagian yang lain di bawah. Dan penumpang bagian bawah jika akan mengambil air melewati penumpang yang di atas. Dan suatu saat mereka yang di bawah berkata: ”Kalau kita lubangi kapal ini (untuk mengambil air), mungkin tidak mengganggu orang yang di atas. Jika mereka membiarkan saja orang yang melubagi kapal, maka semuanya akan hancur, tetapi jika dilarang, maka mereka semua selamat.” (HR Bukhari).
Sungguh logis gambaran urgensi penegakan amar makruf nahi munkar di dalam hadis tersebut. Itulah fungsi hukum-hukum Islam yang tidak lain adalah untuk menyelamatkan bahtera besar yang dinaiki bersama yang dalam konteks hari ini bisa bermakna negara.
Selamatnya negara memang tergantung dari penegakkan amar makruf nahi munkar di dalamnya. Sebab ada konsekuensi luar biasa manakala hal tersebut ditinggalkan, yakni murka Ilahi.
“Demi zat yang jiwaku di tangan-Nya, hendaknya kalian betul-betul melaksanakan amar makruf nahi munkar atau (jika kalian tidak melaksanakan hal itu) maka sungguh Allah akan mengirim kepada kalian siksa, kemudian kalian berdoa kepada-Nya, akan tetapi Allah tidak mengabulkan doa kalian.” (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).
Hal ini telah pula berlaku kepada umat-umat terdahulu seperti yang dijelaskan di dalam Al Qur'an, “Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan ‘Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al-Maidah: 78-79).
Maka dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perintah amar makruf nahi munkar merupakan instrumen yang memang sangat dibutuhkan oleh umat manusia.
Dan dalam Islam, hal itu bahkan dijadikan tolak ukur kuat atau lemahnya iman seseorang.
Dan dalam Islam, hal itu bahkan dijadikan tolak ukur kuat atau lemahnya iman seseorang.
عن أبي سعيد الخدري رضي اللّه عنه قال: سمعتُ رسولَ اللّه صلى اللّه عليه وسلم يقول: “مَنْ رأى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فإنْ لَم
يَسْتَطِعْ فَبِلِسانِهِ، فإنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذلكَ أضْعَفُ الإِيمَانِ
Artinya: Dari Abu Said Al-Khudri ra berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda:” Siapa diantara kalian yang melihat kemungkaran maka hendaklah merubahnya dengan tangannya, jika tidak mampu dengan lisannya dan jika tidak mampu dengan hatinya. Dan yang demikian itu selemah-lemahnya iman.” (HR Muslim).
Wal hasil sudah jelas tidak ada tempat bagi para individualis yang anti kepedulian alias masa bodoh pada sesama di dalam Islam. Karena jika ada orang lain melakukan kemungkaran, kita tidak boleh diam sebab adzab dari kemungkaran itu menimpa semua orang bukan hanya kepada pelakunya saja. Hal ini persis dalam gambaran hadis yang mengkisahkan penumpang kapal yang hendak melubangi kapal tersebut. Apa yang terjadi jika hal itu dibiarkan? Tentu kapal akan tenggelam dan semua penumpang akan menjadi korban.
Jika boleh meminjam istilah dalam sebuah iklan, untuk para individualis kita bisa katakan, "Urusan Loe Urusan Gue Juga." Wallahu A'lam Bis Showab. (Senyapena).
Jika boleh meminjam istilah dalam sebuah iklan, untuk para individualis kita bisa katakan, "Urusan Loe Urusan Gue Juga." Wallahu A'lam Bis Showab. (Senyapena).
BACA JUGA
Kategori:
amar makruf nahi munkar
bukan main
hamid fahmy zarkasy
islam agama cinta
jihad
kewajiban amar makruf nahi munkar
minhaj
Urusan loe urusan gue juga