Corona "Mengislamkan" Dunia Oleh : Muhammad Syafii Kudo* |
Back To Islam |
Belakangan ramai di media sosial ajakan untuk melakukan isolasi diri, karantina, bahkan Lockdown untuk mencegah penyebaran virus Corona. Terutama setelah pemerintah Indonesia akhirnya "mengakui" bahwa Indonesia tak seaman dan sebebas yang selama ini selalu dikatakan pemerintah terhadap virus Corona. Yang puncaknya adalah ketika Menteri Perhubungan, Budi Karya, dinyatakan positif terkena Corona.
Bahkan saking gawatnya, sampai muncul fatwa dan himbauan agar kerja dan ibadah dilakukan di rumah saja. Bagaimana kita menyikapi kegentingan ini ? Sebenarnya apa yang kini terjadi adalah bukti bahwa manusia itu lemah. Buktinya serangan makhluk tak kasat mata berupa virus corona ternyata mampu memporak-porandakan tatanan global manusia sejagat hari ini.
Kini manusia sibuk melakukan perlawanan kepada Corona dengan mengandalkan akal mereka hingga terkadang lupa melibatkan campur tangan Tuhan. Padahal alam ini berjalan sesuai dengan ketentuan Allah Swt alias sesuai fitrah. Semua di alam semesta ini tertunduk kepada aturan Allah. Dan bagi orang beriman, satu-satunya agama fitrah adalah Islam.
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Qs. Ar Ruum : 30)
Islam sebagai agama fitrah memiliki sistem kaidah hukum berupa fikih. Dan sebagai agama fitrah apa yang diwajibkan dalam Islam pasti mengandung banyak kebaikan dan apa yang dilarang sudah tentu mengandung banyak kemudharatan.
Dalam kasus wabah corona ini, ada sesuatu yang unik yang terjadi di beberapa negara yang sering memusuhi ajaran Islam. Di Prancis misalnya, sebagai negara Eropa pertama yang melarang pemakaian jilbab dan cadar di tempat umum (April 2011), kini muncul kesadaran bahwa cadar merupakan salah satu solusi mencegah tertularnya corona.
Seperti kita ketahui, masker wajah adalah salah satu cara yang dipakai agar terhindar dari penularan virus corona. Bulan Februari 2020 lalu, seperti dikutip dari laman Theislamicinformation, para desainer ramai -ramai merancang fashion dengan gaya pengamanan virus. Yang mana busana yang dibuat lengkap dengan penutup wajah dan kerudung persis seperti cadar yang dipakai umat Islam.
Seperti saat acara The Paris Fashion Week, para model terlihat memakai berbagai jenis masker wajah yang identik dengan yang dipakai wanita Muslim di seluruh dunia. Berbagai macam masker wajah dipamerkan yang termasuk potongan-potongan rajutan dan cetakan motif kotak, sepenuhnya menutupi wajah para model ketika berjalan di atas lantai Catwalk.(Aturan Cadar Di Prancis)
Di tengah merebaknya virus corona, media-media Perancis memuji Syariat Islam yang dinilai dapat mencegah penularan virus itu. Di antara syariat Islam yang dimaksud seperti berwudhu, larangan bagi wanita-wanita muslimah untuk berjabat tangan (bersalaman) dengan lawan jenis, apalagi cipika-cipik, demikian postingan Presiden Nusantara Foundation yang juga Pendiri Pesantren Nur Inka Nusantara Madani USA, Imam Shamsi Ali melalui akun Instagramnya. (Media Prancis Puji Syariat Islam )
Dia juga mengatakan melalui postingannya yang lain (13/03/20), “Koran-koran di Perancis mengatakan bahwa yang paling selamat dari Corona adalah wanita-wanita muslim yang berhijab karena mereka tertutup wajah, badan. Tidak bersalaman dengan orang asing, tidak berciuman, dan tidak saling berpelukan,” kata Imam Shamsi Ali.
Selain Prancis ada pula Swiss yang menerapkan kebijakan yang hampir serupa. Orang-orang Swiss harus mempertimbangkan lagi cara menyapa dengan mencium pipi satu sama lain untuk menghindari penyebaran virus corona, demikian kata Menteri Kesehatan Swiss, Alain Berset.
"Kita tahu menjaga jarak secara sosial adalah cara terbaik untuk memperlambat penyebaran virus. Itulah mengapa menghentikan ciuman salam adalah langkah yang harus dipertimbangkan secara serius," kata Berset pada surat kabar Sonntags Zeitung, saat ditanya apakah dia menyarankan untuk tidak melakukan salam ciuman. Seperti negara tetangganya, Prancis, orang Swiss lazim menyapa satu sama lain dengan mengecup kedua pipi. Salam kecup versi Swiss biasanya lebih banyak, yakni tiga kali.
Seperti yang diwartakan bahwa WHO menyarankan agar melakukan kegiatan rutin mencuci atau membersihkan tangan. Secara terpisah, surat kabar NZZ am Sonntag mengutip pejabat kesehatan yang mengatakan Swiss akan mengeluarkan pedoman baru dalam beberapa hari ke depan tentang cara menjaga diri dari penyakit. "Salah satu caranya adalah dengan berhenti berjabat tangan," kata Daniel Koch, kepala unit penyakit menular di Departemen Kesehatan Federal Swiss. (Swiss Larang Salam Ciuman Pipi)
Jauh sebelum Prancis dan Swiss melarang jabat tangan, Islam sudah sangat mengatur masalah tersebut.
لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ
"Ditusuknya kepala seseorang dengan pasak dari besi, sungguh lebih baik baginya daripada menyentuh wanita yang bukan mahramnya." (HR. Ath-Thabrani).
Islam memang tak melarang jabat tangan secara keseluruhan. Namun ada pembatasan yang diatur secara proporsional. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama sempurna, detail, dan relevan sepanjang zaman. Islam sebagai agama fitrah selalu relevan karena didesain oleh yang menciptakan alam semesta.
Jika dianalogikan seperti mesin, maka dunia ini Ibarat mesin dan Islam sebagai buku panduan (acuan) cara kerja mesin. Barangsiapa yang menjalankan mesin di luar maklumat buku panduan maka dipastikan mesin akan macet dan rusak, secara perlahan atau cepat.
Begitu juga dunia manakala dijalankan tidak sesuai panduan Islam maka secara otomatis "jalannya" dunia akan terganggu bahkan keluar dari rel Ilahi. Dan apa yang terjadi jika sesuatu keluar dari rel yang sudah ditetapkan ? Sudah tentu akan terjadi kecelakaan (bencana; kerusakan).
Kini dunia mau tidak mau dipaksa kembali ke sunah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam (Syariat Islam) lewat wabah corona ini. Mereka "dipaksa" menerapkan metode pencegahan penyakit yang sebenarnya adalah bagian dari ajaran Islam.
Cadar yang dulu dimusuhi kini malah dilirik jadi pakaian pencegah agar tidak tertular virus. Jabat tangan dan cuci tangan yang semua sudah diatur dalam sunah Nabi Muhammad Saw kini juga diterapkan secara tidak langsung oleh masyarakat dunia berdasar anjuran WHO.
Namun bedanya, jika umat Islam melakukan semua itu atas dasar cinta kepada Nabi dan Allah Swt. Sedangkan kaum di luar Islam dengan "terpaksa" melakukan semua anjuran WHO atas dasar ketakutan kepada kematian akibat virus Corona.
Ini menjadi tamparan keras bagi para kaum liberal dan munafikin yang selama ini nyinyir kepada orang yang melakukan sunah Nabi yang mereka cap sebagai kaum pembebek, kolot, dan terbelenggu fikirannya. Padahal hari ini WHO malah menganjurkan manusia seluruh dunia melakukan apa yang selama ini sudah menjadi keseharian umat Islam lewat sunah-sunah Nabi.
Jadi pertanyaannya, lebih mulia mana umat yang mengekor kepada manusia termulia sang kekasih Ilahi dengan motif cinta atau kaum yang membebek kepada manusia lain dengan motif takut mati karena virus ? Biarkan mereka yang masih berpikiran sehat yang menjawabnya. Sebagai orang beriman kita hanya berpegangan pada Firman Allah Swt,
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا
نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah." (QS. Al-Hasyr : 7).
Karena kita yakin apa yang diperintah Nabi pasti bermanfaat dan apa yang dilarang pasti berbahaya. Dan kini dunia mau tidak mau harus "berislam" alias berserah lewat wabah Corona. Wallahu A'lam Bis Showab. (Editor : Senyapena)
BACA JUGA
Kategori:
biological weapon
cara mencegah corona
corona virus
islam agama fitrah
islam obat corona
keajaiban sunah nabi
miracles of sunah
tanda akhir zaman